smkpgri1 mejayan@yahoo.com (0351) 383276 RSS
Logo

SMK PGRI 1 MEJAYAN

Where Tomorrow's Leaders Come Together

Diklat PMI: Upaya Memotong Ranting Kemiskinan

Diklat PMI: Upaya Memotong Ranting Kemiskinan

Diklat PMI: Upaya Memotong Ranting Kemiskinan
Studi Praktis di SMK Internasional Millenial Model PGRI 1 Mejayan

Madiun,30/07/2025 – Sejak tahun 2020, SMK Internasional Milenial Model PGRI 1 Mejayan menunjukkan komitmen besar dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara kompetensi, tetapi juga berdaya saing global. Dalam kurun waktu lima tahun, sekolah ini sukses memberangkatkan 140 dan sampai akhir tahun siap berangkat 71 lagi alumninya ke Jepang melalui skema pemagangan dan kerja resmi. Capaian ini bukanlah sesuatu yang instan, melainkan buah dari proses panjang, pembelajaran kolaboratif, dan inovasi berkelanjutan. Di balik keberhasilan itu, tersimpan filosofi mendalam dalam nama besar yang diusung sekolah: “Internasional Milenial Model”.

 

Pemilihan nama Internasional Milenial Model PGRI 1 Mejayan tidak bersifat simbolik semata, tetapi merepresentasikan nilai, arah, dan strategi besar sekolah. Kata “Internasional” menggambarkan orientasi global sekolah: terbuka terhadap kerja sama luar negeri dan serius dalam mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing di pasar kerja internasional, terutama Jepang.. “Milenial” menunjukkan pendekatan pendidikan yang selaras dengan karakter generasi muda masa kini—adaptif, digital-native, dan berpikiran terbuka terhadap inovasi dan teknologi. Sedangkan “Model” menegaskan bahwa sekolah ini terus melakukan inovasi agar menjadi percontohan atau rujukan bagi SMK lain dalam menerapkan praktik baik, mulai dari penguatan karakter, literasi global, hingga transformasi pelatihan vokasi berbasis Teaching Factory, ranting pasok industry, jejaring komunitas UMKM dan pekerja  migrasi .

 

Namun, capaian 140 alumni yang berhasil bekerja di Jepang ditambah 71 alumni bukan datang tanpa tantangan. Salah satu tantangan terberat di awal adalah pembiayaan. Sebelum program ini sukses dan mendapatkan banyak dukungan eksternal, sekolah harus memutar otak untuk membangun sistem pembiayaan yang inklusif dan berkeadilan. Pada masa awal, mayoritas calon peserta didik berasal dari keluarga pra sejahtera. Oleh karena itu, pihak sekolah mengambil langkah strategis melalui beberapa pendekatan. Pertama, dilakukan pembiayaan mandiri secara bertahap oleh siswa dan orang tua dengan skema cicilan lunak sejak awal diklat hingga pasca penempatan. Kedua, sekolah menjalin kerja sama dengan koperasi sekolah dan lembaga keuangan lokal berbasis syariah yang tidak memberatkan siswa, bahkan ada program keringanan bagi siswa yang berprestasi. Ketiga, sekolah juga aktif mengajukan proposal ke pemerintah daerah dan dinas terkait untuk memperoleh subsidi pendidikan dan pelatihan. Selain itu, mitra industri Jepang juga beberapa kali memberikan bantuan peralatan pelatihan dan beasiswa sebagai bentuk investasi jangka panjang atas SDM yang akan mereka rekrut.

 

Untuk memastikan keberhasilan program pemagangan, sekolah membangun sistem diklat yang menyeluruh, terstruktur, dan berorientasi pada ketuntasan kompetensi. Proses sosialisasi dan rekrutmen calon peserta didik dilakukan sejak awal, bahkan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Pada bulan Oktober, tim sekolah sudah menyambangi SMP/MTs dan mengundang orang tua untuk mengikuti pra-orientasi. Dalam forum tersebut, sekolah menjelaskan program pemagangan ke Jepang secara terbuka: durasi, tantangan, keuntungan, dan tanggung jawab bersama. Seleksi dilakukan pada akhir November dengan melibatkan psikotes, uji minat, dan motivasi. Setelah lulus seleksi, orang tua dan siswa menandatangani kontrak diklat kerja luar negeri—sebagai bentuk komitmen moral dan administratif selama masa pendidikan dan latiahan.

 

Program Diklat PMI (Pekerja Migran Indonesia) ini didasarkan pada prinsip integrasi antara literacy, skill passport, dan life skill education. Strategi ini diterapkan melalui sistem pendidikan bertahap yang di asesmen tiap  catur wulan (empat bulanan) yang mengalir logis dari pembentukan karakter hingga kesiapan teknis dan mental menghadapi dunia kerja luar negeri.

Catur Wulan I: Basic Training Profil Pelajar Pancasila dilakukan dengan pendekatan deep learning. Fokus pada penguatan karakter melalui kegiatan religi, komunikasi, drama, dan outbond. Siswa juga dilatih oleh kakak kelas XII yang akan berangkat ke Jepang, sehingga terbentuk relasi tutor sebaya yang memotivasi dan membimbing.

Catur Wulan II: Diperkuat dengan pelatihan bahasa asing (Jepang, Arab, dan Inggris) menggunakan metode tutor sebaya. Kegiatan berlangsung Senin,Rabu , Jum'at (penguatan bahasa) dan Selasa, Kamis–Sabtu (pendidikan karakter dengan pendekatan minat dan bakat ). Selain itu juga diberikan latihan marketing untuk menguatkan kemampuan komunikasi, negosiasi, percaya diri, membaca peluang bisnis,  ulet dan tangguh .

Catur Wulan III: Etos kerja Mulai   basic kompetensi kejuruan sesuai jurusan masing-masing. Tahap ini ditutup dengan kegiatan Kemah Bakti  Profil Pancasila, sebagai upaya membentuk shof skill, mental tangguh dan jiwa gotong royong.

Catur Wulan IV–VI: Fokus pada pendalaman keterampilan teknis (kejuruan) yang dibutuhkan di dunia kerja luar negeri. Program TEFA (Teaching Factory) mulai diterapkan, memberikan pengalaman kerja nyata di sekolah. Akhir Catur Wulan VI ditutup dengan Kemah Bhakti, kegiatan lapangan yang menanamkan etos kerja, tanggung jawab, dan pengabdian sosial.

Catur Wulan VII–XI: Tahap akhir difokuskan pada penguatan bahasa Jepang dan persiapan menghadapi tes resmi JFT N4 (Japan Foundation Test for Basic Japanese) serta sertifikasi Specified Skilled Worker (SSW). Siswa juga dilatih wawancara kerja dan simulasi budaya kerja Jepang. Setelah memenuhi persyaratan dan mendapatkan Certificate of Eligibility (COE) dari Jepang, mereka siap diberangkatkan.

 

Keberhasilan program ini tidak hanya terlihat dari jumlah alumni yang bekerja di Jepang, tetapi juga dari dampaknya. Mayoritas dari 140 alumni yang sudah bekerja di sektor formal: perhotelan , pengolahan makanan, kontruksi,  pertanian, restoran, otomotif, dan layanan lansia. Rata-rata penghasilan per bulan mencapai Rp15–20 juta, cukup untuk mengangkat taraf hidup keluarga mereka secara signifikan. Banyak dari mereka sudah memperbaiki rumah, menyekolahkan adik, bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Beberapa alumni kini dipercaya menjadi supervisor oleh perusahaan Jepang karena dinilai unggul dalam etos kerja, kejujuran, dan kemampuan komunikasi.

 

Program ini tidak hanya memberi pekerjaan, tetapi memberikan harapan baru bagi keluarga miskin di pedesaan. Pendidikan vokasi tidak lagi dipandang sebelah mata. Melalui skema migrasi kerja yang terencana dan terstruktur, SMK Internasional Milenial Model PGRI 1 Mejayan membuktikan bahwa pendidikan yang dikelola dengan visi, strategi, dan keberanian dapat menjadi senjata utama untuk memotong rantai kemiskinan lintas generasi. Dengan sistem diklat yang terus dievaluasi dan diperkuat, sekolah ini layak menjadi percontohan nasional dalam program pemberdayaan anak muda melalui jalur kerja luar negeri. Lama kontrak antara 3-5 tahun. Dari pemberangkatan tahun 2020 semua kembali ke jepang untuk memperpanjang kontrak sambil menyiapkan investasi usaha jika pingin kerja di tanah air .

30/07/2025 13:09 - Oleh Administrator - Dibaca 14 kali

Tinggalkan Komentar